Thursday, March 29, 2012

Tetaplah Bersamaku-cerpen romance


 “Rese lo Za! Kecoret nih.. mana gue nggak bawa tipex lagi. Ganggu aja lo!” Nessa setengah kaget ketika seorang cowok muncul  dihadapannya. Sekarang dia sedang berada di kantin yang sudah tidak terpakai, untuk apa lagi kalo bukan nyontek buku—entah punya siapa—yang dipinjamnnya dari Heru. Di sinilah ‘tempat rahasia’ Nessa dan Eza. Mereka bersahabat dari awal masuk SMA dan tiga tahun di kelas yang sama.
“hahaha. Sori deh.. Sini gue ikutan nyontek.” Cowok yang bernama Eza itu mengeluarkan buku dan dengan cepat ikut menyalin pr biologi di depannya “Kayaknya temen-temen udah pada dandam deh sama kita sampe pada sekongkol nggak ngasih sontekan. Gila ya”
“Bodo amat. Salah mereka mau-maunya dikerjain wahahaha. Lo kan pinter Za,  ngapain ikutan nyontek? ”
“ya biar bisa berdua sama elo duoong”  Hening beberapa detik. Tanpa sadar pipi Nessa bersemu merah. “hahahahaha! Nggak usah merah gitu kali! gue males, jawabannya aja panjang-banyak gini”
“rese lo!” Nessa meninju bahu Eza.

Saat bel berbunyi Eza menarik tangan Nessa halus. Mereka berpegangan tangan sampai kelas. Tanpa Eza sadari, pipi Nessa merah lagi.
***
Di kantin, Nessa dan seruni memilih duduk di pojok deket warung Bu Saiban, penjual berbagai masakan dan gorengan sekaligus istri penjaga sekolah.
“Nes, lo tadi digandeng Eza ya?”
“uhuk” Nessa kaget. Bakso yang mau masuk kerongkongan sampai salah masuk ke tenggorokan.  “Sori Uni, gue sama Eza abis nyontek pr biologi bareng, abis yang lain pada nggak mau minjemin sih. Terus pas bel kita lari bareng deh, lo tau kan Bu Estu kalo bel  udah nangkring di depan kelas, terlalu on time
“ih, lo kenapa sih? Gak papa kali, gue cuman kepengen aja digangeng Eza.  Lo nggak bakal napsu ngerebut Eza-ku kan? Hahaha”
“hahaha” tawa nessa terdengar hambar
“Eh, gimana kabarnya Dhila? Masih sering deketin Eza? Eza masih nyuekin adek kelas itu kan?” Seruni menatap Nessa cemas. Tapi Nessa tetap meneruskan makannya, tidak peduli dengan bibir bimoli—bibir monyong lima senti—sahabatnya itu. Memang sekarang Nessa lagi ngejalanin tugas barunya untuk menjaga—atau tepatnya memata-matai—Eza, teman sekelasnya yang ditaksir Seruni dari kelas 2 itu. Seruni memang pernah satu kelas sama Eza waktu kelas dua, sejak itu dia ngebet banget. Berkali-kali Seruni ngasih sinyal, tapi Eza tidak memberikan respon apapun. Nessa-lah yang kata Seruni ‘beruntung’ bisa sekelas sama Eza tiga tahun. Tapi sepertinya semuanya tidak berjalan mulus..
***
Pagi ini Nessa berangkat bereng Eza. Nggak tau ada angin apa, tau-tau Eza udah nongol di depan rumah Nessa. Di sekolah, mereka berdua langsung jadi bahan gosip para cewek-cewek yang kebanyakan iri sama Nessa.
“Ciye, jadian ye buk?” Bella menggoda Nessa dan Eza yang sekarang duduk berdua, terpaksa bella mengalah dulu. Muka Nessa nge-pink banget sekarang.               
“Nes, gue mau tanya” Eza mulai bicara setelah meladeni godaan teman-temannya “Seruni suka gue ya?”
“nggak!” aduh kok gue jadi gini sih? Harusnya gue jawab iya! Sahabat apaan nih gue! “kenapa Za? Lo suka Serunni ya?”
“hehe. Gue mau ngajak Serunni makan nih. Umm, tapi kalo dia suka gue lho ya”
“eh eh, dia suka elo kok”
“kalo gitu tolong bilangin seruni ya.. malem minggu gue jemput” Eza mengacak-acak rambut Nessa lalu pergi tanpa mengacuhkan umpatan Nessa. Nessa termenung.
Setelah hari itu Eza Sering ke kelas Seruni, bahkan pernah sekali mereka pergi berdua. Seperti biasanya orang pendekatan, pergi ke mall. Sudah pasti Nessa jadi ‘korban’ ocehan Seruni yang hampir setiap hari telpon hanya untuk tanya “Menurut lo Eza naksir gue nggak Ness?”, “besok gue pake bando apa dikucir ya?” sampai yang bikin ngakak “Lo tau nggak ukuran dada yang disukai Eza? Gue pingin operasi plastik nih!”.
***
malam minggu datang. Dirumah, Nessa gelisah menunggu kabar kencan Seruni. Sebetulnya nggak perlu takut kencan itu bakal gagal. Dari pulang sekolah mereka sudah mempersiapkan semuanya dari A sampai Z, dari memilih pakaian sampai underwear (nggak penting banget kan)!  Satu Jam kemudian HP nessa berdering, 1 new message SERUNI
ness, kyknya Eza bakal nembak gue nih! Td aja dia hampir megang tngn gue, tp gue malah ijin ke toilet. Gue salting sih! L
Nessa membalas
biasa aja kali noon.. Malu2in aja mau dipegang tngn cwok mlh ngacir! balik gih ntar kabari gue lagi ya.. good luck sista -
Tapi entah kenapa ada rasa yang beda.  mungkin gue terlalu bahagia, dua orang yang penting buat gue bakal jadian.  Sampai Nessa tertidur, hpnya sama sekali tidak berdering lagi.
***
 “uni! Lo kok ninggal gue sih? Lo tau nggak dari tadi pagi gue nyariin lo?” Nessa duduk di hadapan seruni yang sedang melahap sotonya. Yang diomelin tidak perduli. Sampai beberapa menit mereka saling diam. Sebetulnya Nessa pengen langsung bertanya tentang kencan itu, tapi tertunda saat melihat wajah Seruni yang pucat. “Lo kenapa Ni?”
“bukan urusan lo ya” Seruni pergi dari hadapan Nessa dengan muka  super kecut. Belum sempat Nessa terkejut saat melihat Tere, Lisa dan Vivi bersama Seruni, pasalnya 3 ‘curut’ itu teman perang dingin mereka. Menurut Nessa dan Uni, mereka Cuma 3 cewek centil yang super manja. Tapi sekarang sahabat berteman dengan musuh?
Seterusnya, selama satu bulan Uni dan Nessa lost contact. Nessa masih berusaha  bertemu Uni, tapi tiga ‘celurut’ itu seperti satpam.
***
“aku suka sama kamu, Ness. Aku sayang banget sama kamu! kamu mau nggak jadi pa-car-ku?.” kata kata itu terus terngiang di telinga Nessa. Membuatnya menangis dari pagi tadi, sampai ijin tidak masuk selolah. Kata kata itu pula yang membuat hatinya terjepit antara cinta dan persahabatan. Hanya sepenggal kalimat itu mampu membuat hatinya bergejolak. Mungkin banyak orang yang mengalami hal semacam ini sekarang, bahkan menyukai orang yang disukai sahabat itu termasuk roman picisan. Hanya saja Nessa tidak menduga ia akan mengalaminya. Saat itu, beberapa detik di taman kompleks..
Plakk!
“EZA! LO TAU NGGAK SIH KITA NGGAK BAKAL PERNAH BISA PACARAN?”
“kalo gitu kita tunangan aja? Atau nikah sekalian? nggak masalah! Toh bentar lagi kita lulus”
Plakk!
 “tampar aja aku Nes, tapi ini hatiku. Asal kamu tau, aku udah nyoba deketin Seruni kayak yang kamu mau tapi aku selalu nyebut namamu, selalu nganggep Serunni itu kamu. sampai waktu hari aku nembak dia, aku nyebut namamu! seratus kalipun kamu nampar aku sekeras apapun kamu  berusaha bohong, aku tau kamu juga sayang aku Ness.”
“gue nggak bisa Za, gue minta lo jauhin gue! gue nggak mau liat elo lag.. aduh!”
BRUUKK!  “Nessaaaa!”
***
“gue..gue..udah jadian sama Eza, Un”
“Brengsek lo!” Seruni mendorong Nessa sampai nyaris terjatuh
“dorong sekeras yang lo mau Un, emang gue pantes!  Tapi tolong maafin gue..”
“Gue maafin elo. Tapi jangan harap kita bisa kayak dulu lagi! Cewek apaan lo Ness”
“Uni, plis jangan gini.. ngertiin gue sedikit. Gue nggak mau kehilangan lo, gue sayang lo”
“sori gue nggak sudi deket-deket cewek gatel kayak elo”
“oke, tapi lo harus dengerin penjelasan gue. sekali aja”
“GUE NGGAK BUTUH!”
***
Booghh! Satu serangan jitu dari Nessa dengan berhasil mendarat tepat di leher lawannya. Kemenangan memang sudah didepan mata. Jelas saja, lawannya sekarang sudah biru mendapat pukulan Nessa secara bertubi-tubi. Namun tiba-tiba saja sesuatu seperti menyerang bagian kepalanya. seketika tubuh Nessa melemah. Samar samar nesa melihat lawannya melayangkan tendangan kearahnya. Dengan seluruh kekuatan yang masih tersisa Nessa bersalto lalu menendang balas lawannya hingga tersungkur. Nessa menang! Tapi, BRUUKKK
“Nesaaaaaaaaaaaaaa!” jeritan seseorang menggema di gor taekwondo ketika melihat Nessa jatuh lemas. Samar-samar Nessa melihat Seruni sedang berlari dan Eza yang langsung menangkapnya ketika dia terjatuh. Nessa tersenyum tipis walau bibir dan hidungnya bercucuran darah. Dia ingat sahabatnya itu pernah berjanji menonton pertandingan final taekwondo se-Jakarta.  Meskipun Seruni bersembunyi, Nessa tau dia tidak akan ingkar janji. Setelah itu Nessa tidak bisa melihat apa-apa lagi, pandangannya gelap.
***
Gededung serba putih itu sedang menjadi tujuan tiga orang gadis menor yang berjalan terburu2 bahkan terkesan berlari. Meraka tak lain ‘si curut’—Lisa, Vivi dan Tere—yang tengah celingukan mencari kamar teman—tepatnya musuh—sekolahnya, Nessa. Langkah Tessa terhenti ketika melihat Sepasang suami istri, Seruni, dan Eza sedang gelisah di depan kamar UGD.
“Serunii!” Tere diikuti Vivi dan Lisa berlari memeluk Seruni. Baju mereka  sampai basah terkena air mata plus ingusnya Seruni. Tere melepaskan pelukannya “kita doakan dia ya”
“Nessa kenapa sih Un? Gue tadi nggak begitu ngerti. Nessa masih..”
“Nessa masih hidup kan?” Dengan nada kaget dan lantang Vivi—yang super dongo—seolah-olah menyambung kalimat Lisa. tapi jitakan dan pelototan Lisa dan Tere yang dia dapat. beberapa detik kemudian, Vivi baru sadar perkataannya membuat semuanya makin cemas. Tangisan mama  Nessa semakin menjadi-jadi,  Eza yang dari tadi mencoba tenang jadi mondar mandir gelisah. Sampai akhirnya kecemasan mereka memuncak saat melihat dokter keluar dari ruangan tempat Nessa terbaring. Sayangnya dokter tidak langsung memberitahu keadaannya, ia hanya berbicara kepada kedua orang tua Nessa. Entah apa yang mereka bicarakan, namun setelah pembicaraan itu berakhir mama Nessa menangis histeris. Yang lainnya yakin itu kabar buruk
“Nessa kritis, dia koma” Mama Nessa terisak “tinggal menunggu mukzizat atau Nessa akan..”
“Nggak boleh!” Seruni berlari masuk ke IGD diikuti Eza. Orang tua Nessa, Lisa, Vivi dan Tere memilih mengenangkan diri di luar. Di dalam, Nessa terbaring lemas. “Nes elo harus bangun Nes. Elo nggak boleh mati, gue nggak bakal rela kehilangan sabahat kayak elo! Maafin gue udah jadi sahabat paling jahat dan nggak berguna buat lo. Cuma masalah sepele aja gue musuhin elo, nggak seharusnya gue kayak gitu!”
“Nessa” Eza menggenggam tangan nessa. Dengan sangat halus Eza membelainya “Gue sayang banget sama lo, dari dulu pertama masuk kelas gue udah suka sama lo. Bisa bayangin kan perasaan gue kayak apa? Tolong buka mata Nes. Gue rela gantiin posisi lo sekarang, gue udah jahat merusak persahabatan lo sama Seruni”
Seruni terenyak. Ia baru sadar perasaan Eza yang sebenarnya. Ia tidak pernah tahu Eza menyukai Nessa dari dulu, bahkan jauh sebelum ia menyukainya. Yang ia tahu Nessa merebut Eza darinya. 
“Maaf Nesa.. maaf gue brengsek. Maaf gue udah nuduh elo ngerebut Eza. Maaf ternyata gue yang ngerebut dia dari elo. Maaf gue musuhin elo. Maaf” Seruni menangis terisak. Ia sangat menyesal kenapa semua ini baru diketahuinya. Kenapa semuanya  selalu terlambat.
“Uni.. banyak amat sih maafnya”
“Nessa??!” Eza dan Seuni  berteriak kaget. Mereka seperti kebingungan saat melihat Nessa yang tadinya memejamkan mata sekarang sudah sadar. Melihat wajah bingung temannya itu Nessa jadi tertawa geli. Mendengar tawa jahil Nessa, mereka langsung sadar kalau dia tidak benar-benar koma. “Nessa, elo???”
“wahahahaha” Nessa tertawa sangat puas sampai harus duduk karena perutnya sangat sakit “Gue nggak kritis. Gue masih hidup dan baik-baik aja kok. Cuma anemia hehe”
“Nessa!  Maafin gue. Gue sayang banget sama elo. Gue..”
“Iya Uni, elo udah minta maaf tadi. Gue udah puas dengernya..”
“Nes, kok bisa sih lo ngejailin orang sampe kaya gini? Tegaaa” Eza menatap Nessa lekat-lekat. Air matanya sudah di ujung, siap jatuh. Ia benar-benar lega.
“Habis kalo  nggak kayak gini mungkin Uni nggak bakal maafin aku” Nessa tersenyum manis. “Untung dokter mau kerja sama hehe”
Sejak saat itu semuanya berakhir. Seruni dan Nessa kembali seperti dulu lagi. Namun Nessa harus membohongi perasaannya sendiri. Menurutnya tidak ada yang lebih penting dari sebuah persahabatan, akan  lebih adil jika bukan salah satu dari mereka yang bersama Eza. Ia tidak akan bisa bahagia kalau sahabatnya itu belum menemukan pengganti Eza.
***
Pengumuman kelulusan sudah di depan mata. Nessa lulus dengan nilai yang baginya sangat memuaskan. walaupun tidak mendapatkan ranking seperti Eza, ia sangat puas berhasil mendapatkan beasiswa secara online untuk melanjutkan kuliah di Prancis.  Eza sempat sangat sedih mendengar berita tentang kepergian Nessa ke Prancis, tapi kiriman kartu pos sebulan kemudian membuat Eza tersenyum kembali..

Hai Eza, long time no see ya? Masihkah sama perasaanmu denganku?  Well, di sini aku sangat sangat merindukanmu. Beri aku kabar
With love
Rianessa Vischa 

Aku baik baik saja Nessa. Aku heran mengapa kamu selalu meragukan aku, harusnya kamu tahu sampai detik ini aku selalu mencintaimu. tunggu saja nes, aku sedang berjuang untukmu.

                                                                                                                           Big hug, big love
Husein Eza D
 -THE END-

0 comments:

tamiadwimartha.blogspot.com

tamiadwimartha.blogspot.com