“Rese
lo Za! Kecoret nih.. mana gue nggak bawa tipex lagi. Ganggu aja lo!” Nessa
setengah kaget ketika seorang cowok muncul
dihadapannya. Sekarang dia sedang berada di kantin yang sudah tidak
terpakai, untuk apa lagi kalo bukan nyontek buku—entah punya siapa—yang
dipinjamnnya dari Heru. Di sinilah ‘tempat rahasia’ Nessa dan Eza. Mereka
bersahabat dari awal masuk SMA dan tiga tahun di kelas yang sama.
“hahaha. Sori deh.. Sini gue ikutan
nyontek.” Cowok yang bernama Eza itu mengeluarkan buku dan dengan cepat ikut
menyalin pr biologi di depannya “Kayaknya temen-temen udah pada dandam deh sama
kita sampe pada sekongkol nggak ngasih sontekan. Gila ya”
“Bodo amat. Salah mereka mau-maunya
dikerjain wahahaha. Lo kan pinter Za,
ngapain ikutan nyontek? ”
“ya biar bisa berdua sama elo duoong” Hening beberapa detik. Tanpa sadar pipi Nessa
bersemu merah. “hahahahaha! Nggak usah merah gitu kali! gue males, jawabannya
aja panjang-banyak gini”
Saat bel berbunyi Eza menarik tangan Nessa
halus. Mereka berpegangan tangan sampai kelas. Tanpa Eza sadari, pipi Nessa
merah lagi.
***
Di kantin, Nessa dan seruni memilih duduk
di pojok deket warung Bu Saiban, penjual berbagai masakan dan gorengan
sekaligus istri penjaga sekolah.
“Nes, lo tadi digandeng Eza ya?”
“uhuk” Nessa kaget. Bakso yang mau masuk
kerongkongan sampai salah masuk ke tenggorokan.
“Sori Uni, gue sama Eza abis nyontek pr biologi bareng, abis yang lain
pada nggak mau minjemin sih. Terus pas bel kita lari bareng deh, lo tau kan Bu
Estu kalo bel udah nangkring di depan
kelas, terlalu on time”
“ih, lo kenapa sih? Gak papa kali, gue
cuman kepengen aja digangeng Eza. Lo
nggak bakal napsu ngerebut Eza-ku kan? Hahaha”
“hahaha” tawa nessa terdengar hambar
“Eh, gimana kabarnya Dhila? Masih sering
deketin Eza? Eza masih nyuekin adek kelas itu kan?” Seruni menatap Nessa cemas.
Tapi Nessa tetap meneruskan makannya, tidak peduli dengan bibir bimoli—bibir
monyong lima senti—sahabatnya itu. Memang sekarang Nessa lagi ngejalanin tugas
barunya untuk menjaga—atau tepatnya memata-matai—Eza, teman sekelasnya yang
ditaksir Seruni dari kelas 2 itu. Seruni memang pernah satu kelas sama Eza
waktu kelas dua, sejak itu dia ngebet banget. Berkali-kali Seruni ngasih
sinyal, tapi Eza tidak memberikan respon apapun. Nessa-lah yang kata Seruni
‘beruntung’ bisa sekelas sama Eza tiga tahun. Tapi sepertinya semuanya tidak
berjalan mulus..
***
Pagi ini Nessa berangkat bereng Eza. Nggak
tau ada angin apa, tau-tau Eza udah nongol di depan rumah Nessa. Di sekolah,
mereka berdua langsung jadi bahan gosip para cewek-cewek yang kebanyakan iri
sama Nessa.
“Ciye, jadian ye buk?” Bella menggoda
Nessa dan Eza yang sekarang duduk berdua, terpaksa bella mengalah dulu. Muka Nessa
nge-pink banget sekarang.
“Nes, gue mau tanya” Eza mulai bicara
setelah meladeni godaan teman-temannya “Seruni suka gue ya?”
“nggak!” aduh kok gue jadi gini sih? Harusnya gue jawab iya! Sahabat apaan nih
gue! “kenapa Za? Lo suka Serunni ya?”
“hehe. Gue mau ngajak Serunni makan nih.
Umm, tapi kalo dia suka gue lho ya”
“eh eh, dia suka elo kok”
“kalo gitu tolong bilangin seruni ya..
malem minggu gue jemput” Eza mengacak-acak rambut Nessa lalu pergi tanpa
mengacuhkan umpatan Nessa. Nessa termenung.
Setelah hari itu Eza Sering ke kelas
Seruni, bahkan pernah sekali mereka pergi berdua. Seperti biasanya orang
pendekatan, pergi ke mall. Sudah pasti Nessa jadi ‘korban’ ocehan Seruni yang
hampir setiap hari telpon hanya untuk tanya “Menurut lo Eza naksir gue nggak
Ness?”, “besok gue pake bando apa dikucir ya?” sampai yang bikin ngakak “Lo tau
nggak ukuran dada yang disukai Eza? Gue pingin operasi plastik nih!”.
***
malam minggu datang. Dirumah, Nessa
gelisah menunggu kabar kencan Seruni. Sebetulnya nggak perlu takut kencan itu
bakal gagal. Dari pulang sekolah mereka sudah mempersiapkan semuanya dari A
sampai Z, dari memilih pakaian sampai underwear
(nggak penting banget kan)! Satu Jam
kemudian HP nessa berdering, 1 new message SERUNI
ness, kyknya Eza bakal nembak gue nih! Td aja dia hampir megang tngn gue, tp gue malah ijin ke toilet. Gue salting sih! LNessa membalas
biasa aja kali noon.. Malu2in aja mau dipegang tngn cwok mlh ngacir! balik gih ntar kabari gue lagi ya.. good luck sista -
Tapi entah kenapa ada rasa yang beda. mungkin
gue terlalu bahagia, dua orang yang penting buat gue bakal jadian. Sampai Nessa tertidur, hpnya sama sekali
tidak berdering lagi.
***
“uni!
Lo kok ninggal gue sih? Lo tau nggak dari tadi pagi gue nyariin lo?” Nessa
duduk di hadapan seruni yang sedang melahap sotonya. Yang diomelin tidak
perduli. Sampai beberapa menit mereka saling diam. Sebetulnya Nessa pengen langsung
bertanya tentang kencan itu, tapi tertunda saat melihat wajah Seruni yang
pucat. “Lo kenapa Ni?”
“bukan urusan lo ya” Seruni pergi dari
hadapan Nessa dengan muka super kecut.
Belum sempat Nessa terkejut saat melihat Tere, Lisa dan Vivi bersama Seruni,
pasalnya 3 ‘curut’ itu teman perang dingin mereka. Menurut Nessa dan Uni,
mereka Cuma 3 cewek centil yang super manja. Tapi sekarang sahabat berteman
dengan musuh?
Seterusnya, selama satu bulan Uni dan
Nessa lost contact. Nessa masih
berusaha bertemu Uni, tapi tiga
‘celurut’ itu seperti satpam.
***
“aku suka sama kamu, Ness. Aku sayang
banget sama kamu! kamu mau nggak jadi pa-car-ku?.” kata kata itu terus
terngiang di telinga Nessa. Membuatnya menangis dari pagi tadi, sampai ijin
tidak masuk selolah. Kata kata itu pula yang membuat hatinya terjepit antara
cinta dan persahabatan. Hanya sepenggal kalimat itu mampu membuat hatinya
bergejolak. Mungkin banyak orang yang mengalami hal semacam ini sekarang,
bahkan menyukai orang yang disukai sahabat itu termasuk roman picisan. Hanya
saja Nessa tidak menduga ia akan mengalaminya. Saat itu, beberapa detik di
taman kompleks..
Plakk!
“EZA! LO TAU NGGAK SIH KITA NGGAK BAKAL
PERNAH BISA PACARAN?”
“kalo gitu kita tunangan aja? Atau nikah
sekalian? nggak masalah! Toh bentar lagi kita lulus”
Plakk!
“tampar
aja aku Nes, tapi ini hatiku. Asal kamu tau, aku udah nyoba deketin Seruni kayak
yang kamu mau tapi aku selalu nyebut namamu, selalu nganggep Serunni itu kamu.
sampai waktu hari aku nembak dia, aku nyebut namamu! seratus kalipun kamu nampar
aku sekeras apapun kamu berusaha bohong,
aku tau kamu juga sayang aku Ness.”
“gue nggak bisa Za, gue minta lo jauhin
gue! gue nggak mau liat elo lag.. aduh!”
BRUUKK!
“Nessaaaa!”
***
“gue..gue..udah jadian sama Eza, Un”
“Brengsek lo!” Seruni mendorong Nessa
sampai nyaris terjatuh
“dorong sekeras yang lo mau Un, emang gue
pantes! Tapi tolong maafin gue..”
“Gue maafin elo. Tapi jangan harap kita
bisa kayak dulu lagi! Cewek apaan lo Ness”
“Uni, plis jangan gini.. ngertiin gue
sedikit. Gue nggak mau kehilangan lo, gue sayang lo”
“sori gue nggak sudi deket-deket cewek
gatel kayak elo”
“oke, tapi lo harus dengerin penjelasan
gue. sekali aja”
“GUE NGGAK BUTUH!”
***
Booghh!
Satu serangan jitu dari Nessa dengan berhasil mendarat tepat di leher
lawannya. Kemenangan memang sudah didepan mata. Jelas saja, lawannya sekarang
sudah biru mendapat pukulan Nessa secara bertubi-tubi. Namun tiba-tiba saja
sesuatu seperti menyerang bagian kepalanya. seketika tubuh Nessa melemah. Samar
samar nesa melihat lawannya melayangkan tendangan kearahnya. Dengan seluruh
kekuatan yang masih tersisa Nessa bersalto lalu menendang balas lawannya hingga
tersungkur. Nessa menang! Tapi, BRUUKKK
“Nesaaaaaaaaaaaaaa!” jeritan seseorang
menggema di gor taekwondo ketika melihat Nessa jatuh lemas. Samar-samar Nessa
melihat Seruni sedang berlari dan Eza yang langsung menangkapnya ketika dia
terjatuh. Nessa tersenyum tipis walau bibir dan hidungnya bercucuran darah. Dia
ingat sahabatnya itu pernah berjanji menonton pertandingan final taekwondo se-Jakarta. Meskipun Seruni bersembunyi, Nessa tau dia
tidak akan ingkar janji. Setelah itu Nessa tidak bisa melihat apa-apa lagi,
pandangannya gelap.
***
Gededung serba putih itu sedang menjadi
tujuan tiga orang gadis menor yang berjalan terburu2 bahkan terkesan berlari.
Meraka tak lain ‘si curut’—Lisa, Vivi dan Tere—yang tengah celingukan mencari
kamar teman—tepatnya musuh—sekolahnya, Nessa. Langkah Tessa terhenti ketika
melihat Sepasang suami istri, Seruni, dan Eza sedang gelisah di depan kamar
UGD.
“Serunii!” Tere diikuti Vivi dan Lisa
berlari memeluk Seruni. Baju mereka
sampai basah terkena air mata plus ingusnya Seruni. Tere melepaskan
pelukannya “kita doakan dia ya”
“Nessa kenapa sih Un? Gue tadi nggak
begitu ngerti. Nessa masih..”
“Nessa masih hidup kan?” Dengan nada kaget
dan lantang Vivi—yang super dongo—seolah-olah menyambung kalimat Lisa. tapi
jitakan dan pelototan Lisa dan Tere yang dia dapat. beberapa detik kemudian,
Vivi baru sadar perkataannya membuat semuanya makin cemas. Tangisan mama Nessa semakin menjadi-jadi, Eza yang dari tadi mencoba tenang jadi mondar
mandir gelisah. Sampai akhirnya kecemasan mereka memuncak saat melihat dokter
keluar dari ruangan tempat Nessa terbaring. Sayangnya dokter tidak langsung
memberitahu keadaannya, ia hanya berbicara kepada kedua orang tua Nessa. Entah
apa yang mereka bicarakan, namun setelah pembicaraan itu berakhir mama Nessa
menangis histeris. Yang lainnya yakin itu kabar buruk
“Nessa kritis, dia koma” Mama Nessa
terisak “tinggal menunggu mukzizat atau Nessa akan..”
“Nggak boleh!” Seruni berlari masuk ke IGD
diikuti Eza. Orang tua Nessa, Lisa, Vivi dan Tere memilih mengenangkan diri di
luar. Di dalam, Nessa terbaring lemas. “Nes elo harus bangun Nes. Elo nggak
boleh mati, gue nggak bakal rela kehilangan sabahat kayak elo! Maafin gue udah
jadi sahabat paling jahat dan nggak berguna buat lo. Cuma masalah sepele aja
gue musuhin elo, nggak seharusnya gue kayak gitu!”
“Nessa” Eza menggenggam tangan nessa.
Dengan sangat halus Eza membelainya “Gue sayang banget sama lo, dari dulu
pertama masuk kelas gue udah suka sama lo. Bisa bayangin kan perasaan gue kayak
apa? Tolong buka mata Nes. Gue rela gantiin posisi lo sekarang, gue udah jahat
merusak persahabatan lo sama Seruni”
Seruni terenyak. Ia baru sadar perasaan Eza
yang sebenarnya. Ia tidak pernah tahu Eza menyukai Nessa dari dulu, bahkan jauh
sebelum ia menyukainya. Yang ia tahu Nessa merebut Eza darinya.
“Maaf Nesa.. maaf gue brengsek. Maaf gue
udah nuduh elo ngerebut Eza. Maaf ternyata gue yang ngerebut dia dari elo. Maaf
gue musuhin elo. Maaf” Seruni menangis terisak. Ia sangat menyesal kenapa semua
ini baru diketahuinya. Kenapa semuanya
selalu terlambat.
“Uni.. banyak amat sih maafnya”
“Nessa??!” Eza dan Seuni berteriak kaget. Mereka seperti kebingungan saat
melihat Nessa yang tadinya memejamkan mata sekarang sudah sadar. Melihat wajah
bingung temannya itu Nessa jadi tertawa geli. Mendengar tawa jahil Nessa,
mereka langsung sadar kalau dia tidak benar-benar koma. “Nessa, elo???”
“wahahahaha” Nessa tertawa sangat puas
sampai harus duduk karena perutnya sangat sakit “Gue nggak kritis. Gue masih
hidup dan baik-baik aja kok. Cuma anemia hehe”
“Nessa!
Maafin gue. Gue sayang banget sama elo. Gue..”
“Iya Uni, elo udah minta maaf tadi. Gue
udah puas dengernya..”
“Nes, kok bisa sih lo ngejailin orang
sampe kaya gini? Tegaaa” Eza menatap Nessa lekat-lekat. Air matanya sudah di ujung, siap jatuh. Ia benar-benar lega.
“Habis kalo nggak kayak gini mungkin Uni nggak bakal
maafin aku” Nessa tersenyum manis. “Untung dokter mau
kerja sama hehe”
Sejak saat itu semuanya berakhir. Seruni
dan Nessa kembali seperti dulu lagi. Namun Nessa harus membohongi perasaannya
sendiri. Menurutnya tidak ada yang lebih penting dari sebuah persahabatan,
akan lebih adil jika bukan salah satu
dari mereka yang bersama Eza. Ia tidak akan bisa bahagia kalau sahabatnya itu
belum menemukan pengganti Eza.
***
Pengumuman kelulusan sudah di depan mata.
Nessa lulus dengan nilai yang baginya sangat memuaskan. walaupun tidak
mendapatkan ranking seperti Eza, ia sangat puas berhasil mendapatkan beasiswa
secara online untuk melanjutkan kuliah di Prancis. Eza sempat sangat sedih mendengar
berita tentang kepergian Nessa ke Prancis, tapi kiriman kartu pos sebulan
kemudian membuat Eza tersenyum kembali..
Hai
Eza, long time no see ya? Masihkah sama perasaanmu denganku? Well, di sini aku sangat sangat merindukanmu.
Beri aku kabar
With love
Rianessa Vischa
Aku
baik baik saja Nessa. Aku heran mengapa kamu selalu meragukan aku, harusnya
kamu tahu sampai detik ini aku selalu mencintaimu. tunggu saja nes, aku sedang berjuang untukmu.
Big hug, big love
Big hug, big love
Husein Eza D
-THE END-
0 comments:
Post a Comment